Info Kuliner
Kuliner Pekanbaru
Ojek Makanan
OJEKPKU-Berkunjung ke Pekanbaru jangan lupa mampir dan mencicipi kuliner khas yang populer. Yup.. ada Pondok Patin HM Yunus yang melegenda dan dikunjungi 6 presiden Republik Indonesia.
Menyantap Patin Asam Pedas HM Yunus, 6 Presiden Sudah Nyicipin
0
OJEKPKU-Berkunjung ke Pekanbaru jangan lupa mampir dan mencicipi kuliner khas yang populer. Yup.. ada Pondok Patin HM Yunus yang melegenda dan dikunjungi 6 presiden Republik Indonesia.
Pondok Patin HM Yunus berada di Jalan Kaharuddin Nasution Pekanbaru. Lokasi pondok hanya sekitar 5 menit saja dari bandara Sultan Syarif Kasim II, berdiri di lahan seluas 1 hektare.
Pondok makan dengan menu olahan khas ikan patin itu sudah ada sejak tahun 1988 atau 34 tahun silam. Pemiliknya adalah H Yunus, putra asli Air Tiris, Kampar.
'Asam padeh patin' atau asam pedas patin jadi menu andalan yang disediakan Yunus. Bahkan lewat selogan terbarunya, 'Tak ke Pekanbaru Bile Tak Singgah Pondok Patin HM Yunus'.
"Karena sudah khas, pondok patin kami ini seolah jadi kewajiban orang dari luar Riau untuk singgah. Tak ke Pekanbaru Bile Tak Singgah, artinya belum ke Pekanbaru kalau belum mampir ke pondok kita," kata Yunus saat berbincang, Minggu (11/9/2022).
Jatuh Bangun Dirikan Pondok Patin
Di setiap perbincangan hangat, pria yang akrab disapa pak haji itu bercerita awal mula mendirikan pondok setelah berhenti bekerja. Pak haji yang dulu adalah pekerja bangunan, kernek hingga tukang pijat.
Ia kemudian memilih jalan hidup dengan buka pondok jualan makanan di ibu kota provinsi. Jatuh bangun sepertinya sudah dialami Yunus sejak pergi merantau dari kampungnya di Air Tiris.
"Saya itu dahulu jatuh bangun, awalnya tak ada niat bangun rumah makan sebesar ini. Pemikiran itu datangnya karena saya suka melalang buana. Saya dulu tukang pijit, bangunan, kernek, toko kain sama kerja di rumah makan. Saya tidak ada cita-cita ini," katanya.
Tak hanya sampai disitu, Yunus membuka rumah makan karena melihat potensi dari Air Tiris yang tidak termanfaatkan dengan baik. Padahal, ada sungai ternama dengan ikannya yang nikmat. Ya, ikan air tawar dari Sungai Kampar.
Di Air Tiris itu ada namanya ikan Limbek atau dalam bahasa umum adalah limbat. Ada pula ikan kalui, namun kebanyakan ikan itu tidak dimakan, ikan hanya untuk sedekah-sedekah saja.
"Saya lihat di Riau ini ada sungai bisa jadi nama kabupaten, sungai bisa jadi kerajaan. Ada sungai Siak jadi Kerajaan Siak, ada Sungai Kampar jadi Kabupaten Kampar dan lainnya begitu juga," katanya.
"Setiap sungai ini tentu punya ikan khas yang digemari ulama dan datuk-datuk kita jaman dahulu. Ya di situ timbul niat untuk buka dengan memanfaatkan ikan-ikan di sungai ini," kata Yunus.
Setelah merenung dalam perantauan, haji Yunus lalu pulang ke kampung halaman. Pelan-pelan ia meyakinkan ibunya untuk memberi modal. Hal itu karena ia optimis usaha rumah makannya akan sukses.
"Tahun 88 itu saya rayu minta gelang emas emak saya dijual. Saya bilang 'Mak, juallah gelang mama untuk modal usaha,'. Namun omak saya bilang 'Ini tinggal lagi harta kita nak, semua udah habis untuk sekolah adik-adikmu,'," kata Yunus memgenang cerita 34 tahun silam.
Karena tekad sudah bulat, ia pun percaya diri dan menjamin sekolah seluruh adik-adiknya. Yunus muda akhirnya mampu meyakinkan sang ibu dan dapat suntikan modal usaha.
"Saya bilang sama omak saya, 'Mak kalau saya berhasil, saya janji akan sekolahkan semua adik beradik. Tenanglah omak,' dan dijuallab waktu itu bisa beli meja dan kursi panjang 3 pasang. Terntu berkar doa juga dari orang tua," katanya.
Pondok Patin Jadi Primadona Pejabat dan Presiden
Yunus bercerita sejak saat itu usahanya di Pekanbaru mulai jadi santapan pejabat. Di mana, pejabat pertama duduk menyantap asam pedas patin miliknya adalah mantan Wali Kota Pekanbaru, Herman Abdullah.
"Pejabat pertama makan dulu itu saya ingat almarhum Pak Herman Abdullah saat masih jadi pejabat di Pemkot. Lalu ada Pak Kastalani. Waktu itu saya buat ikan patin, ikan baung sama ikan tapa. Sampailah sekarang ada ikan-ikan ini saya jual," kata Yunus.
Sejak saat itu nama Pondok Ikan Patin HM Yunus mulai populer hingga ke ibu Kota di Jakarta. Tepat pada tahun 1994, Presiden Soeharto berkunjung ke Pekanbaru dalam menghadiri kegiatan MTQ.
"Presiden pertama makan di sini itu Pak Harto sekitar tahun 1994, ada acara MTQ di Pekanbaru. Waktu itu pak Tarmizi jadi Menteri Agama," katanya.
Setelah Suharto, menyusul lima presiden lain hingga terbaru adalah Presiden Joko Widodo. Total enam presiden yang telah singgah adalah Suharto, BJ Habibie, Megawati, Abdurahman Wahid (Gusdur), Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi.
"Sampai hari ini saya tidak percaya kok Presiden makan di sin. Tapi setiap makan saya dipanggil dan selalu disampaikan 'Pertahankan resep masakan ini'," kata Yunus.
Ikan Patin di HM Yunus Tidak Bau Lumpur
Salah satu yang berbeda dari tempat lain adalah rasanya. Banyak masyarakat Riau menilai ikan patin di HM Yunus tidak ada bau lumpur.
"Banyak orang bilang sama saya, ikan patin yang saya jual ini tidak bau lumpur. Ya saya prinsipnya sama semua kalau ikan," kata Yunus.
Hanya saja untuk menjaga kualitas, ikan yang dibeli yaitu ikan patin dari sungai air tawar. Sehingga ikan memakan makanan alami dan segar.
"Patin kita memang ori dari sungai. Kalau sehari itu bisa minimal 70-100 Kg habis, jadi siapa saja yang jual ikan patin sungai pasti kita tampung," kata pria dengan anak dua pasang tersebut.*