Ojek Online
Pekanbaru
Sejarah Ojek
Sejarah Ojek di Indonesia Dari Dulu Hingga Sekarang
0
Ojek_PKU - Ojek adalah salah satu mode transportasi alternatif yang banyak memenuhi sudut-sudut kota. Kehadiran ojek yang sudah tak terkendali kadang dianggap mengganggu. Bahkan polisi bisa melakukan tindakan dengan merazia mereka semua. Meski demikian, kehadiran ojek masihlah disukai banyak orang. Ibaratnya, mati satu tumbuh seribu. Satu ojek dilarang, ribuan ojek baru akan membanjiri kota hingga setiap sudut jalan ada pangkalannya.
Anyway, kehadiran ojek ternyata sudah ada sejak puluhan tahun silam. Bahkan tanpa kita sadari, mereka telah bertansformasi dari segi alat, pengguna, hingga sistem. Berikut berkembangan ojek dari masa ke masa, yang dirangkum dari historia.id dan berbagai sumber.
Asal Muasal Kata Ojek atau Ojeg
Sejak awal kemunculannya, ojek belum bernama ojek, ojeg, atau pun nama yang lain. Mereka hanya orang yang menawarkan jasa mengantar dari pasar atau pelabuhan ke rumah penumpang. Banyak yang bilang jika ojek berasal dari kata objek. Menurut KBBI objek memiliki arti benda atau objek yang dibicarakan. Kala itu, jasa angkut ini memang jadi buah bibir hingga populasinya kian meroket.
Kata objek lambat laun bertransformasi menjadi ngobjek. Kata ngobjek ini diartikan mencari penghasilan. Sebagai contoh kita bilang begini: “Saya sedang ngobjek dengan jualan baju.” Artinya saya sedang cari uang dengan jual baju. Lagi-lagi lidah orang Indonesia suka mengubah kata, yang awalnya objek, jadi ngobjek (ngobyek), dan akhirnya jadi ngojek. Dari sinilah kata ojek atau ngojek mulai digunakan secara luas.
Latar Belakang Orang Menyediakan Jasa Ojek
Ojek diperkirakan ada pertama kali sekitar tahun 1969-1970 di Jawa Tengah dan juga Jakarta. Sekitar tahun ini di pedesaan kecil Jawa Tengah banyak orang menawarkan jasa mengantar orang. Alasannya adalah jalan utama rusak dan susah dilalui oleh mobil. Hal ini disambut baik oleh banyak orang. Pasalnya memakai jasa ojek ini jauh lebih murah ketimbang menyewa sopir atau mengisi bahan bakar untuk mobil.
Keuntungan yang lumayan juga dilirik tukang ojek di Jakarta. Mereka mengantar orang dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok. Saat ini kendaraan bermotor masih dilarang masuk pelabuhan. Akhirnya jasa ini kian berkembang hingga banyak orang ingin jadi pengendara ojek yang untungnya bisa untuk menyambung nyawa bertahan di Jakarta.
Alat yang Digunakan Oleh Tukang Ojek
Awalnya ojek dilakukan dengan menggunakan sepeda kuno yang besar. Sepeda ini tahan medan terjal dan kalau pun jatuh tidak akan rusak. Sepeda ini dianggap berkah bagi banyak orang hingga di Jakarta saja muncul 500 pengojek sepeda dalam waktu yang relatif singkat. Pelan tapi pasti ojek pun mengganti kendaraannya. Di Jawa Tengah, ojek mulai menggunakan sepeda motor buatan Jepang yang punya mesin 90cc.
Di era modern, sepeda motor yang kian canggih mengganti semua sepeda yang menjadi tonggak perjuangan ojek. Saat ini kita bisa melihat banyak sekali orang mengojek menggunakan sepeda motor yang bagus. Mulai dari yang bebek, matic, hingga motor yang biasanya digunakan untuk balapan.
Teknologi yang Menembus Ojek
Awalnya ojek dilarang karena bukan dianggap sebagai transportasi umum. Sebuah mode transportasi umum harusnya mampu mengangkut banyak sekali orang. Contohnya bus, bemo, atau kereta api. Di Jakarta, ojek pernah dilarang hingga polisi kerap melakukan razia. Namun nyatanya kekuatan ojek tak bisa dijangkau oleh peraturan mana pun.
Apalagi di era serba digital ini ojek sudah mulai bertranformasi. Muncul sistem pengelolaan ojek yang lebih modern. Kita bisa menggunakan ojek hanya dengan menekan tombol di ponsel. Keberadaan ojek yang tidak akan bisa dilindas zaman dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencari untung. Akhirnya kita mengenal banyak sekali nama-nama merk ojek yang jangkauannya nasional hingga daerah.
Polemik Ojek yang Membuat Banyak Orang Resah
Kehadiran ojek modern yang bisa diakses mudah dengan aplikasi ponsel ternyata membuat masalah baru. Ojek konvensional yang ada di pangkalan sederhana melakukan protes. Mereka menganggap ojek “bau kencur” itu menurunkan omzet mereka. Menjaring penumpang diam-diam, atau bahkan dituduh mencuri penumpang.
Bagaimana pun perkembangan memang tak bisa dihentikan. Ojek akan terus bertransformasi hingga semakin mudah dijangkau banyak orang. Masalah polemik hingga menjurus ke tindakan kriminal semoga bisa dihindari agar sesama pengojek tidak ada baku hantam.
Itulah sekelumit kisah mengenai sejarah ojek yang ada di Indonesia. Semoga setelah membaca ini kita semakin tahu jika hal-hal kecil seperti ojek pun sebenarnya punya sejarah yang panjang. Bahkan bisa jadi lebih tua dari umur kita.
Anyway, kehadiran ojek ternyata sudah ada sejak puluhan tahun silam. Bahkan tanpa kita sadari, mereka telah bertansformasi dari segi alat, pengguna, hingga sistem. Berikut berkembangan ojek dari masa ke masa, yang dirangkum dari historia.id dan berbagai sumber.
Asal Muasal Kata Ojek atau Ojeg
Sejak awal kemunculannya, ojek belum bernama ojek, ojeg, atau pun nama yang lain. Mereka hanya orang yang menawarkan jasa mengantar dari pasar atau pelabuhan ke rumah penumpang. Banyak yang bilang jika ojek berasal dari kata objek. Menurut KBBI objek memiliki arti benda atau objek yang dibicarakan. Kala itu, jasa angkut ini memang jadi buah bibir hingga populasinya kian meroket.
Kata objek lambat laun bertransformasi menjadi ngobjek. Kata ngobjek ini diartikan mencari penghasilan. Sebagai contoh kita bilang begini: “Saya sedang ngobjek dengan jualan baju.” Artinya saya sedang cari uang dengan jual baju. Lagi-lagi lidah orang Indonesia suka mengubah kata, yang awalnya objek, jadi ngobjek (ngobyek), dan akhirnya jadi ngojek. Dari sinilah kata ojek atau ngojek mulai digunakan secara luas.
Latar Belakang Orang Menyediakan Jasa Ojek
Ojek diperkirakan ada pertama kali sekitar tahun 1969-1970 di Jawa Tengah dan juga Jakarta. Sekitar tahun ini di pedesaan kecil Jawa Tengah banyak orang menawarkan jasa mengantar orang. Alasannya adalah jalan utama rusak dan susah dilalui oleh mobil. Hal ini disambut baik oleh banyak orang. Pasalnya memakai jasa ojek ini jauh lebih murah ketimbang menyewa sopir atau mengisi bahan bakar untuk mobil.
Keuntungan yang lumayan juga dilirik tukang ojek di Jakarta. Mereka mengantar orang dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok. Saat ini kendaraan bermotor masih dilarang masuk pelabuhan. Akhirnya jasa ini kian berkembang hingga banyak orang ingin jadi pengendara ojek yang untungnya bisa untuk menyambung nyawa bertahan di Jakarta.
Alat yang Digunakan Oleh Tukang Ojek
Awalnya ojek dilakukan dengan menggunakan sepeda kuno yang besar. Sepeda ini tahan medan terjal dan kalau pun jatuh tidak akan rusak. Sepeda ini dianggap berkah bagi banyak orang hingga di Jakarta saja muncul 500 pengojek sepeda dalam waktu yang relatif singkat. Pelan tapi pasti ojek pun mengganti kendaraannya. Di Jawa Tengah, ojek mulai menggunakan sepeda motor buatan Jepang yang punya mesin 90cc.
Di era modern, sepeda motor yang kian canggih mengganti semua sepeda yang menjadi tonggak perjuangan ojek. Saat ini kita bisa melihat banyak sekali orang mengojek menggunakan sepeda motor yang bagus. Mulai dari yang bebek, matic, hingga motor yang biasanya digunakan untuk balapan.
Teknologi yang Menembus Ojek
Awalnya ojek dilarang karena bukan dianggap sebagai transportasi umum. Sebuah mode transportasi umum harusnya mampu mengangkut banyak sekali orang. Contohnya bus, bemo, atau kereta api. Di Jakarta, ojek pernah dilarang hingga polisi kerap melakukan razia. Namun nyatanya kekuatan ojek tak bisa dijangkau oleh peraturan mana pun.
Apalagi di era serba digital ini ojek sudah mulai bertranformasi. Muncul sistem pengelolaan ojek yang lebih modern. Kita bisa menggunakan ojek hanya dengan menekan tombol di ponsel. Keberadaan ojek yang tidak akan bisa dilindas zaman dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencari untung. Akhirnya kita mengenal banyak sekali nama-nama merk ojek yang jangkauannya nasional hingga daerah.
Polemik Ojek yang Membuat Banyak Orang Resah
Kehadiran ojek modern yang bisa diakses mudah dengan aplikasi ponsel ternyata membuat masalah baru. Ojek konvensional yang ada di pangkalan sederhana melakukan protes. Mereka menganggap ojek “bau kencur” itu menurunkan omzet mereka. Menjaring penumpang diam-diam, atau bahkan dituduh mencuri penumpang.
Bagaimana pun perkembangan memang tak bisa dihentikan. Ojek akan terus bertransformasi hingga semakin mudah dijangkau banyak orang. Masalah polemik hingga menjurus ke tindakan kriminal semoga bisa dihindari agar sesama pengojek tidak ada baku hantam.
Itulah sekelumit kisah mengenai sejarah ojek yang ada di Indonesia. Semoga setelah membaca ini kita semakin tahu jika hal-hal kecil seperti ojek pun sebenarnya punya sejarah yang panjang. Bahkan bisa jadi lebih tua dari umur kita.